Dzikrullah: Nutrisi yang Menyehatkan Hati
Sahabat Dakwah IDC, para Muhsinin yang Allah rahmati...
Jika ikan berada di air maka ia akan hidup dan bergembira. Berenang ke mana yang dikehendakinya. Sebaliknya, jika ikan dijauhkan dari air maka ia akan sekarat. Tak lama, ia akan mati. Demikian kedudukan dzikrullah bagi hati, ibarat air bagi ikan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
اَلذِّكْرُ لِلْقَلْبِ كَالْمَاءِ لِلسَّمَكِ، فَكَيْفَ يَكُوْنُ حَالُ السَّمَكُ إِذَا أُخْرِجَ مِنَ الْمَاءِ
“Dzikir bagi hati seperti air bagi ikan. Bagaimanakah kondisi ikan apabila dikeluarkan dari air?”
Sebagian ulama menyebutkan, kedudukan dzikir bagi hati seperti makanan bagi tubuh. Apabila dzikir berkurang maka berkurang pula makanan dan nutrisi bagi hati. Berkurangnya dzikir memperlemah imunitas hati. Karenanya, rentan terpapar virus syubuhat dan syahwat. Berbagai penyakit hati akan menyerangnya; seperti nifak, iri, dengki, dusta, bakhil, dan penyakit-penyakit hati lainnya.
Ibnul Qayyim rahimahullah, dalam al-Wabil al-Shayyib menyebutkan sekitar delapan puluh faidah dzikrullah. Salah satunya, dzikir adalah makanan pokok bagi hati dan ruh. Apabila seorang hamba kehilangan dzikrullah, hatinya seperti tubuh yang tidak mendapatkan makanan pokok.
Badan yang sehat akan merasakan kelezatan makanan yang disantapnya. Demikian pula hati yang sehat juga akan merasakan kenikmatan dzikrullah.
Hati yang sehat akan merasa tenang, tentram, dan gembira dengan dzikrullah. Sebagaimana badan, apabila sehat juga akan merasakan lezatnya makanan yang disantapnya dan mampu menyerap nutrisinya.
Dzikrullah akan menjadi makanan dan nutrisi yang bisa menyehatkan hati. Hati harus dipaksa untuk banyak berdzikir kepada Allah sehingga ia menjadi sehat, suci, mulia, dan kuat. Akhirnya hari akan condong, senang, dan bahagia dengan dzikrullah. Kemudian ia akan meningkat ke level lebih tinggai, ia tidak bisa hidup tanpa dzikrullah.
Dzikir adalah kebutuhan primer bagi hati. Terputus dari dzikir adalah bencana dan kematian bagi hati.
Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الحَيِّ وَالمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir seperti orang hidup dan orang mati.” (HR. Al-Bukhari)
Dzikrullah itu ada banyak macamnya. Di antaranya dengan membaca Tasbih (Subhanallah), Tahmid (al-hamdulillah), Takbir (Allahu Akbar), Tahlil (Laa Ilaaha Illallaah), Hauqalah (Laa Haula wa Laa Quwwata Illaa Billaah), Subhanallahu Wabihamdih Subahanallahil ‘Adzim, Subhanallahil ‘Adzimi Wabihamdih, dan kalimat dzikir lainnya.
Dzikrullah yang paling utama adalah dengan membaca Al-Qur’an dan mentadabburinya. Semua bentuk dzikir di atas ada dalam Al-Qur’an. Kitabullah ini juga mengandung nutrisi yang dibutuhkan hati dan obat penawar penyakit-penyakitnya. Wallahu A’lam.
[Ustadz Badrul Tamam/voa-islam.com]