Cari Muka Beroleh Nista
Ikhwany Fillah, Sahabat IDC...
Ketika seseorang ingin mencari kewibawaan bukan di atas jalurnya, maka justru kehinaan yang akan ia dapatkan, seperti orang yang ingin memperdengarkan kebolehan dan kelebihannya di tengah manusia, agar manusia menyanjung atau memamerkan kebaikannya agar manusia memujinya.
Justru dengan itu ia diganjar dengan aib yang akan terkuak. Nabi Shallahu Alaihi Wasallam Bersabda,
مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ الله بِهِ ، وَمَنْ يُرَائِى يُرَائِى الله بِه
“Barangsiapa berlaku sum’ah, Allah akan memperdengarkan aibnya. Dan barangsiapa berbuat riya’, maka Allah akan memperlihatkan aibnya.” (HR. al Bukhari)
Al-Khaththabi menjelaskan hadits tersebut, “Yakni barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan dengan tidak ikhlas, dan hanya ingin didengar dan dilihat manusia, maka ia akan dibalas dengan terkuaknya keburukan-keburukannya. Sehingga tampaklah apa yang disembunyikan dan dirahasiakannya.”
Peringatan ini semestinya menjadi kontrol dan sarana bagi seorang muslim untuk mawas diri. Jika suatu kali ada aib atau rahasia yang memalukan terungkap, jangan-jangan ada amalan atau ibadah yang mestinya ditujukan kepada Allah, namun dilakukan untuk mengharap pujian manusia semata. Hingga Allah mengganti pujian dengan celaan, kemuliaan menjadi kehinaan, nas’alullahal ‘aafiyah.
Sebagaimana dalam hal ibadah, fenomena ujub, pamer atau merasa hebat dari orang lain terjadi pula dalam hal duniawi.
Demi mendapatkan penghargaan dan penghormatan masyarakat, ada yang memaksakan diri untuk berpenampilan ’wah’ dan selalu mengikuti tren, meski sejatinya dia termasuk orang yang tidak mampu. Dia mengira, bahwa orang-orang akan berdecak kagum melihat penampilannya. Padahal, orang yang mengetahui realita kehidupannya akan geleng-geleng dibuatnya. Bukan karena kagum, tapi karena merasa kasihan bercampur jengkel melihat orang yang tak mau mengaca diri. [arrisalah]