Daily IDC

Tokoh Masyarakat Cimangkak Pimpin Peletakkan Batu Pertama Pembangunan Rumah Guru Ngaji Korban Banjir


TASIKMALAYA, Infaq Dakwah Center (IDC)- Alhamdulillah, tepat pada Selasa (20/11) pukul 09.30 telah dilakukan prosesi peletakkan batu pertama pembangunan rumah guru ngaji korban bencana banjir bandang Sungai Cipatujah di kampung Jajaway, Desa Cimangkak, Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya.

Turut mengawal dan memimpin peletakkan batu pertama yaitu Tokoh Masyarakat Desa Cimangkak yaitu Haji Iing, beliau yang juga Ketua DKM Al Huda jalan raya Cipatujah itu juga senantiasa mendo'akan agar keberlangsungan pembangunan rumah untuk ustadz Wahyudin dan Ustadzah Ecih berjalan lancar, agar dapat di gunakan kembali mengaji anak-anak desa dan kampung sekitar Jajajway.

 

,

Kepala Dusun (Kadus) setempat, bapak Bambang Wahyu ikut menyaksikan prosesi peletakkan batu pertama, mewakili daerah sekitar ia pun bersyukur dan berterimakasih kepada IDC atas program bedah rumah bagi warganya yang juga aktif dalam dakwah mengajarkan anak-anak ilmu agama.

Nampak sebagian warga berkumpul menyaksikan keberlangsungan pembangunan rumah yang terancam roboh akibat banjir bandang sungai Cipatujah, empat (4) orang tukang yang sudah siap menjalankan tugas bedah rumah sudah siap dilokasi menjalankan amanah pembangunan untuk 3 pekan ke depan. Tukang yang ada dipimpin oleh Kang Tofa, seorang tukang yang sudah masyhur di Cimangkak, Ciandum dan sekitarnya.

Semoga segala amal pahala dan berkahnya terus mengalir kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya proses awal pembangunan rumah sekaligus majlis ilmu anak anak Jajaway, Cimangkak, Cipatujah. Aamiin yaa rabbal a'lamiin.

Hancurnya rumah Ustadz Wahyudin yang sekaligus markas pengajian, kini aktivitas belajar mengaji anak-anak pun terpaksa diliburkan.

Kedatangan Relawan IDC yang sedang menggelar aksi Tanggap Bencana pun disambut para santri pengajian dengan Suasana haru biru menyapa.

Intan Nuraini (11), santri pengajian, sangat bersedih atas insiden ini. Ia tak sanggup menahan air mata, melihat majelis taklim yang selama ini tempatnya mengaji bersama teman-teman sebayanya hancur. “Saya sedih tidak bisa ngaji lagi, majelisnya belum bisa ditempatin,” tutur Intan sambil menangis tersedu-sedu.

..."Saya sedih tidak bisa ngaji lagi, majelisnya belum bisa ditempatin,” tutur Intan sambil menangis tersedu-sedu..

Julia, bocah imut usia lima tahun pun merasakan kesedihan serupa. Ia memohon agar rumah Ustadz Wahyudin segera dibangun. “Kakak-kakak IDC, tolong bangun rumah Uwa Uyu yang roboh,” tuturnya kepada Relawan IDC.

Ihsan Maulana (12), juga menyampaikan keinginannya agar bisa mengaji kembali. Untuk itu, ia berharap rumah Ustadz Wahyudin yang selama ini dijadikan majelis taklim bisa dibangun kembali. “Tolong bantu kami untuk membuat majelis taklim lagi supaya kami bisa mengaji lagi dan kami bisa menuntut ilmu lagi,” tuturnya.

Betapa sedihnya anak-anak didik Ustadz Wahyudin, mereka memiliki semangat yang tinggi untuk bisa kembali mengaji. Selain berduka karena rumah mereka diterjang banjir, markas tempat mereka mengaji juga hancur.