Poster Dakwah

DIUJI SAKIT KULIT LANGKA, USTADZAH MAULA TAK BISA BERDAKWAH, AYO BANTU.!!

.

Sungguh berat ujian hidup yang dipikul Ustadzah Tarbiyatul Maula. Sudah 15 bulan pengasuh Madrasah Diniyah Kaligondang Purbalingga ini diuji Allah dengan penyakit kulit yang langka. Kulit di sekujur tubuhnya mengelupas, bersisik, luka bernanah, mengeluarkan rasa gatal dan nyeri cekot-cekot.

BEKASI, Infaq Dakwah Center (IDC) – Sejak satu tahun silam, pengasuh Madrasah Diniyah Tarbiyatut Tholabah Sidareja Kaligondang Purbalingga Jawa Tengah ini diuji Allah dengan penyakit kulit yang langka. Kulit di sekujur tubuhnya penuh luka, mulai dari ujung kepala, wajah, badan, tangan dan kaki dipenuhi luka bernanah.

Senyum ceria wajah ustadzah yang tiap hari menyapa para santri itu, kini sudah 15 bulan tak pernah nampak. Raut wajahnya nampak seperti wanita berusia 70 tahun, lebih tua 40 tahun dari usianya yang baru menginjak 37 tahun.
Ya, ustadzah diuji Allah dengan penyakit kulit langka ini sejak bulan suci Ramadhan tahun 2018 silam.

Berbagai ikhtiar pengobatan sudah ditempuh, namun belum ada perubahan. Penyakit kulitnya makin parah, perih dan nyeri. Ustadzah Maula pernah menjalani dua kali rawat inap di rumah sakit Purbalingga, namun penyakit yang dideritanya bukan sembuh, justru kumat lebih parah dari sebelumnya.

“Saya sudah berobat ke sana sini, dari yang medis sampai non medis herbal. Sampai sekarang saya masih terus ikhtiar. Waktu bulan puasa kemarin saya full mengonsumsi obat sampai-sampai telinga saya terasa budeg,” ujarnya kepada Relawan IDC.

Ketika ikhtiar pengobatan di kampung halaman menemui kebuntuan, Ustadzah Maula hijrah ke Kota Bekasi, guna berikhtiar mendapat pengobatan yang lebih baik dan gratis. Sayangnya, karena kendala administrasi, ia sempat terkatung-katung tak bisa berobat selama sebulan lebih.

Melihat kondisi Ustadzah Maula yang kian hari kian parah, Relawan IDC bergegas mengevakuasinya ke rumah sakit terdekat tanpa didukung kartu BPJS.

Saat dievakuasi Relawan Ambulan IDC pada Rabu siang (28/8/2019), ibu dua anak itu berjalan tertatih-tatih. Ketika tak bisa menahan rasa kesakitan, lisannya merintih diiringi menyebut asma Allah. Rasa sakit yang dideritanya amat sangat tak tertahankan.

PENYAKIT KULIT LANGKA HAMPIR MERENGGUT NYAWA

Ustadzah Maula menceritakan dahsyatnya penyakit kulit yang dideritanya. Kulit yang terus mengelupas, luka dan bernanah di sekujur tubuhnya itu menimbulkan rasa nyeri, gatal dan demam hingga menggigil.

“Yang saya rasakan luka sekujur tubuh, kalau mau posisi tidur rasanya sakit semua. Terus kalau mau keluar nanah, badan merasakan menggigil, panas dingin, lalu keluar nanah. Kalau belum keluar nanah, terasa gatal, baru diusap saja kulit sudah terkelupas. Luka bernanah itu nempel di baju, kalau tiduran kulitnya jadi lengket, lalu lukanya keluar darah,” paparnya dengan suara tersengal.

Sakit kulit yang menimpa wajah itu, membuat wajah Ustadzah Maula yang dahulu halus, kini berubah menjadi tua menyeramkan. Kulitnya mengelupas, penuh luka membiru dan bernanah.

“Dulu, pertama keluar nanah itu dari muka atau wajah, di pipi, lalu dada, punggung, tiap hari terus bertambah luka sampai tangan dan kaki. Ini kepala juga sudah penuh dengan borok, rambut sudah pada rontok. Saya ngaca saja takut sendiri, seperti pakai topeng, nanah semua,” ungkapnya.

Selain ikhtiar pengobatan medis, Ustadzah Maula juga melakukan pengobatan alternatif dan herbal. Segala saran terapi yang baik dijalaninya, hingga pernah hampir merenggut nyawanya.

Suatu ketika, atas saran salah seorang kerabatnya, ia dikasih terapi meminum air kelapa yang dibakar. Namun apa yang terjadi? Lukanya justru kian parah dan hampir meninggal dunia.

“Begitu sampai di rumah tidak ada yang tahan, semuanya menangis lihat kondisi saya penuh nanah dan darah. Pokoknya yang lihat saya tidak tahan, saya yang masih hidup waktu itu sudah ditangisi seperti orang yang sudah mati. Tidak ada yang tahan lihat kondisi saya waktu itu,” kenangnya.

TELADAN NABI AYUB JADI PELIPUR LARA DAN PENGUAT IMAN

Di tengah kesakitan yang tiada tara, kuliah kesabaran Nabi Ayub yang menjadi pelipur dan penguat imannya. Seberat apapun rasa sakitnya, ia terima dengan tabah, sabar dan penuh syukur.

Saat lemah dan hampir putus asa, Ustadzah Maula teringat kisah keteladanan Nabi Ayub alaihissalam saat diuji oleh Allah Ta’ala penyakit kulit yang super dahsyat. Ditimpa ujian penyakit yang mengerikan, Nabi Ayub selalu bersyukur kepada Allah. Bahkan ketika syaitan menggoda imannya agar kufur dengan iming-iming kesembuhan, dengan tegas Ayub menolaknya:

“Segala puji bagi Allah. Dialah yang memberi, Dialah pula yang berhak mengambil” (Tafsir Al-Baghawi, 17: 177).

Dengan kesabaran, ketabahan, optimisme, ikhtiar dan kekuatan iman itu, akhirnya, Allah pulihkan lagi kesehatan Nabi Ayub, bahkan lebih sempurna dari sebelumnya (Qs Al-Anbiya’ 83-84).

Melalui teladan Nabi Ayub itu Ustadzah Maula berusaha untuk tabah dan bersabar, dengan sepenuh harapan agar Allah menggantinya dengan ampunan (maghfirah), dilimpahkan pahala, dikabulkan segala cita-cita dan ditinggikan derajatnya.

“Bayangin aja mas. Luka satu bisul saja luar biasa sakitnya. Ini saya sekujur tubuh sakit semua setiap waktu. Alhamdulillah banyak hikmahnya. Saya tetap bersyukur diberi penyakit ini. Saya husnuzhan kepada Allah, semoga saya diampuni segala dosa, dikabulkan semua doa-doa dan semoga saya diangkat derajatnya,” ujarnya.

Dengan kesabarannya itu, ia berharap kepada Allah agar mengaruniakan pengampunan atas segala dosa, sesuai jaminan rasul-Nya:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

“Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya” (HR. Bukhari dan Muslim).

INFAQ DARURAT PEDULI KASIH SESAMA MUSLIM

Beruntung, Ustadz Sulaiman Azki, sang suami, selalu setia mensupport dan mendampingi ikhtiar pengobatanke mana pun selama 15 bulan ini. Sehingga Ustadzah Maula tetap tegar, sabar, optimis dan pantang menyerah berjuang melawan penyakit yang dideritanya.

Namun, demi mengawal pengobatan sang istri di Bekasi, kini Sulaiman tak bisa lagi mencari nafkah. Padahal ia memiliki tanggungan dua orang putri yang tengah menuntut di Pondok Pesantren Tanbihul Ghafilin Banjarnegara, Jawa Tengah.

“Saya sebagai guru, sekarang harus mengantar dan menunggui istri berobat. Anak-anak saya di pesantren. Di sini saya tidak bisa bekerja atau usaha apapun,” ujarnya kepada Relawan IDC.

Seiring keterbatasan ekonomi keluarga, uluran tangan kaum muslimin sangat diharapkan untuk biaya pengobatan Ustadzah Maula. Sulaiman berharap uluran tangan dari para donatur IDC, untuk membantu biaya pengobatan sang istri tercinta.

“Ya Allah, saya ingin istri saya lekas sembuh. Untuk itu saya mohon kepada para donatur IDC, mohon sudi membantu istri saya yang sedang menderita sakit,” tutur pria yang menjabat sebagai Ketua Tanfidziah ormas keagamaan tingkat ranting di desanya.

Beban hidup Ustadzah Maula adalah beban kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.

“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُنْيَا نَفَّسَ الله عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَومَ القِيَامَةِ و مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيهِ في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و مَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و الله في عَونِ العَبْدِ ما كان العَبْدُ في عَونِ أَخِيهِ

“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa membantu seorang hamba selama hamba tersebut senantiasa membantu saudaranya...” (HR Muslim).

Bunga-bunga kasih kepedulian kaum Muslimin sangat dibutuhkan untuk membantu pengobatan Ustadzah Maula, agar segera sehat dan bisa berdakwah kembali.

Donasi bisa disalurkan melalui program INFAQ DARURAT:

  1. Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005  a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  2. Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605  a.n: Infaq Dakwah Center.
  3. Bank Mandiri Syari’ah (BSM), No.Rek: 7050.888.422  a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  4. Bank Bukopin Syariah, No.Rek:  880.218.4108  a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center
  5. Bank BTN Syariah, No.Rek:  712.307.1539  a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center
  6. Bank Mega Syariah, No.Rek:  1000.154.176 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center
  7. Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289  a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  8. Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302  a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  9. Bank CIMB Niaga, No.Rek: 80011.6699.300  a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
  10. Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497  a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC)

CATATAN:

 

 

 

 

 


LAINNYA