Poster Dakwah

Kisah Haru Ustadz Ismail, Guru Al-Qur’an Disabilitas Butuh Motor Dakwah Roda Tiga. Ayo Ban

.

Sungguh hebat dan mengagumkan sosok perjuangan Ustadz Ismail (30) ini. Meski dilahirkan ke dunia sebagai insan disabilitas tanpa kaki dan tangan yang sempurna, ia tetap tegar berdakwah mengajar Al-Qur'an, dan banting tulang bekerja mencari nafkah sebagai tukang las di bengkel besi berat.

 

MOJOKERTO, Infaq Dakwah Center (IDC) – Dengan cacat fisik bawaan sejak lahir, kondisi Ustadz Ismail ini jauh dari sempurna. Kedua kaki warga Desa Ketidur Mojokerto, Jawa Timur ini hanya menyembul beberapa senti saja. Jangankan berjalan kaki, untuk sekedar berdiri saja miring karena ukuran kakinya panjang sebelah dan tidak bisa menapak dengan sempurna.

Tak sampai di situ, tangan kiri Ustadz Ismail juga tak sempurna dan panjang sebelah. Tangan kirinya sangat kecil, berukuran separo tangan kanannya, dan hanya memiliki satu jari saja.

Alhamdulillah, Allah masih mengaruniakan tangan kanan yang normal dan sangat kekar. Hampir seluruh aktivitas kesehariannya mengandalkan tangan kanan ini. Bahkan untuk berjalan pun bertumpu pada tangan kanannya.

Tumbuh sebagai anak yang cacat, di bangku sekolah Ismail kerap diejek dan dibully teman-temannya. “Dulu saya sering malu sampai gak keluar rumah karena diejek sama teman-teman, disoraki: “Hei cacat, gak punya kaki!” Tapi lama-lama saya biarkan, saya bertekad harus bisa, tak boleh kalah dari orang yang normal. Ya sudah saya sudah ikhlas saja. Toh kalau saya diam di rumah juga tak merubah kondisi fisik saya. Pokoknya saya harus semangat, gak boleh kalah saya sama orang yang normal,” ujarnya kepada Relawan IDC, Rabu (24/2/2021).

Dibesarkan di lingkungan keluarga yang ekonominya tertatih-tatih, kini Ustadz Ismail tumbuh menjadi pria dewasa yang sempurna jiwa dan semangatnya. Ia ikhlas menerima takdir sebagai manusia yang kurang sempurna fisiknya. Dengan iman dan ilmu agama yang cukup, ia tetap bersyukur, optimis, aktif berdakwah dan hidup mandiri menafkahi keluarga sebagai tukang las di bengkel.

...Aktivitas dakwahnya terkendala transportasi. Ia sangat membutuhkan sepeda motor matic roda tiga yang ramah untuk penyandang disabilitas...

Sosok Disabilitas yang Ikhlas: Pagi Tukang Las, Sore Dakwah di Kelas

Karena keterbatasan ekonomi orang tua, setamat SD di Madrasah Ibtidaiyah (MI), Ismail tak bisa melanjutkan ke tingkat SMP. Namun semangatnya mengejar cita-cita menjadi guru agama begitu membuncah, ia pun menekuni ilmu tajwid dan tahfizh (hafalan) Al-Qur’an. Berkat ketekunannya, pada Maret 2005 Ismail lulus menyabet sertifikat Guru Al-Qur’an “Syahadah Mu’alimil Qur’an Lil Aulad” dari Koordinator Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) metode Qiro’ati Cabang Mojokerto. Bahkan ia mendapatkan hadiah uang tunai dua juta rupiah.

Berbekal keahlian mengajar Al-Qur’an yang sudah diakui, Ismail menyalurkan ilmunya sebagai guru di Madrasah Sabilul Muttaqin. Sampai saat ini sudah tujuh tahun Ismail mendidik ratusan santri dengan ilmu dan akhlak Al-Qur’an.

Setiap sore bakda ashar, kehadiran Ustadz Ismail sangat dinanti-nanti oleh para santri, karena sosoknya menjadi magnet tersendiri. Saat membacakan kitab suci, suaranya tegas, jelas, merdu dan berwibawa.

“Hampir 7 tahun saya mengajar di sini. Tidak seberapa kalau dipikir dengan urusan gaji. Karena saya mengajar di sini untuk beramal jariyah, menularkan ilmu saya. Senang bisa mendidik anak-anak di sini, mereka juga senang dengan saya,” ujarnya.

...di madrasah Ustadz Ismail dikenal sebagai ustadz yang ikhlas, loyal dan disiplin tingkat tinggi. Semangatnya tak diragukan lagi, setiap jadwal mengajar selalu tepat waktu...

Di mata pengurus madrasah, Ismail dikenal sebagai ustadz yang tulus, ikhlas, loyal dan disiplin tingkat tinggi. Sejak awal mengajar ia tak pernah mengeluhkan honor guru yang ia terima. Semangatnya tak diragukan lagi, setiap jadwal mengajar Ismail selalu tepat waktu.

“Alhamdulillah kalau mas Ismail mengajar di sini santri juga senang. Orangnya sregep (rajin, ed.) dan semangat. Kita tidak mempermasalahkan dengan kondisi fisiknya,” papar Ustadz Saifuddin, pengurus madrasah.

Untuk menafkahi keluarga yang sudah dikaruniai seorang anak, Nafila Zahra Salsabila (7), Ustadz Ismail banting tulang mencari nafkah pagi hari di bengkel las tak jauh dari rumahnya.

Rutinitas pagi tepat jam 7, ia bergegas ke bengkel sebagai tukang las alat-alat berat seperti teralis, pintu, pagar dan sebagainya. Kondisi fisik yang disabilitas sama sekali tak menyurutkan tekadnya untuk memeras keringat demi tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga.

Sang pemilik bengkel las, Siswoyo, mempercayakan Ismail sebagai tukang las yang ahli membuat pintu Harmonika. Ia selalu mengacungi jempol terhadap Ismail karena pekerjaannya cepat, disiplin dan semangat.

“Saya salut sama Ismail, tanpa mempermasalahkan kondisi fisiknya. Justru dia sekarang saya percayakan sebagai ahli dalam membuat pintu harmonika. Memang dari segi kekuatan dia kurang dibanding dengan yang lain yang normal. Tapi saya kagum dengan semangatnya, di sini ya saya gaji sama dengan karyawan lainnya. Terkadang malah dia saya jadikan pelajaran bagi yang lainnya, jangan kalah semangat,” tuturnya pada Relawan IDC.

Begitulah rutinitas harian Ustadz Ismail, sosok disabilitas yang tangguh dan ikhlas. Pagi ngelas, sore juga ngelas. Pagi hari banting tulang bekerja sebagai tukang las bengkel, sore hari berdakwah dan mengajar Al-Qur’an di kelas.

...Ustadz Ismail adalah sosok disabilitas yang tangguh dan ikhlas. Pagi ngelas, sore juga ngelas. Pagi hari banting tulang bekerja sebagai tukang las bengkel, sore hari berdakwah dan mengajar Al-Qur’an di kelas...

Peduli Dakwah, Ustadz Ismail Butuh Sepeda Motor Roda Tiga

Saat ini, aktivitas bekerja dan berdakwah Ustadz Ismail sangat terkendala kendaraan transportasi yang sesuai dengan kondisi fisiknya. Ia sangat membutuhkan sepeda motor matic roda 3 yang ramah untuk dirinya sebagai penyandang disabilitas.

“Cita-cita saya, keinginan saya yaitu memiliki motor baru matic roda tiga. Supaya saya bisa cepat perjalanan mengajar di madrasah,” harapnya.

Beban hidup yang dipikul Ustadz Ismail adalah beban kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.

“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُنْيَا نَفَّسَ الله عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَومَ القِيَامَةِ و مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيهِ في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و مَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و الله في عَونِ العَبْدِ ما كان العَبْدُ في عَونِ أَخِيهِ

“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa membantu seorang hamba selama hamba tersebut senantiasa membantu saudaranya...” (HR Muslim).

PEDULI DAKWAH: MENGUNDANG REZEKI, PAHALA DAN PERTOLONGAN ALLAH

Program Peduli Dakwah adalah peluang amal shalih yang dijamin dengan pelipatgandaan menjadi 700 kali lipat:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ

“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji...” (Qs Al-Baqarah 261).

Berapapun infaq untuk membantu Motor Dakwah Ustadz Ismail, insya Allah menjadi amal jariyah. Semoga dari setiap perputaran roda motor dakwah tersebut, pahalanya selalu mengalir kepada para donatur, sepadan dengan pahala orang yang mengamalkan ilmu yang ditebarkan.

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR Muslim).

Bunga-bunga kasih kepedulian kaum Muslimin sangat dibutuhkan untuk membantu pengadaan sepeda motor yang ramah disabilitas untuk Ustadz Ismail, agar perjalanan mengajar Al-Qur'an kepada para santri madrasah menjadi lebih cepat dan lancar.

Donasi bisa disalurkan ke rekening Peduli Dakwah:

  1. Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  2. Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a.n: Infaq Dakwah Center.
  3. Bank Mandiri Syari’ah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  4. Bank Bukopin Syariah, No.Rek: 880.218.4108 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  5. Bank BTN Syariah, No.Rek: 712.307.1539 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  6. Bank Mega Syariah, No.Rek: 1000.154.176 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  7. Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  8. Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  9. Bank CIMB Niaga, No.Rek: 80011.6699.300 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
  10. Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC).

CATATAN:

 

 

 


LAINNYA