Poster Dakwah

RUMAH PENGAJIAN USTADZ WAHYUDIN ROBOH DITERJANG BANJIR. AYO BANTU..!!!

 

Diterjang banjir bandang Tasikmalaya, Rumah Ustadz Wahyudin yang sekaligus markas majelis taklim roboh rata dengan tanah. Pengajian terpaksa diliburkan, membuat puluhan santri kalangan anak-anak dan remaja berduka. Mereka tak bisa lagi menimba ilmu agama, ibadah, aqidah, tajwid, tahfizh, akhlaq dan fiqih.
Dibutuhkan dana sekitar 60 juta rupiah untuk mendirikan kembali rumah dan pengajian Ustadz Wahyudin dengan bangunan tembok permanen. Ayo Bantu..!!!

 

JAKARTA, Infaq Dakwah Center (IDC) – Sudah puluhan tahun Ustadz Wahyudin (46) menjadi guru mengaji di Kampung Jajaway Cipatujah, Tasikmalaya, Jawa Barat. Dengan sepenuh pengabdian untuk melestarikan dakwah Islam, ia dibantu sang istri, Ustadzah Ecih Sukmaesih dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak di kampungnya.

Pasangan suami istri juru dakwah ini semangat berdakwah menjadi guru mengaji di pelosok desa itu, lantaran tak ada lagi tenaga dai yang mau membina anak-anak di kampungnya.

Dengan keterbatasan fasilitas, ustadz yang akrab disapa Uwa Uyu itu menyulap ruang tengah rumahnya yang sudah lapuk itu sebagai majelis ta’lim. Rumah berdinding bambu (gedek) itu menjadi segala-galanya bagi Ustadz Wahyudin, meski kondisi anyaman bambunya sudah lapuk penuh dengan lubang. Kayu tiang saka rumahnya pun sudah keropos dimakan rayap, lengkap dengan genting atap rumah pun bocor di mana-mana.

Di kampungnya, puluhan anak-anak usia SD hingga SMP menjadi santri pengajian di rumahnya. Materi yang diajarkan meliputi fiqih ibadah, aqidah, iqra’, tajwid, tahfizh, doa sehari-hari dan fiqih.

“Dari dini saja ngajar anak-anak, terus tambah lagi-tambah lagi. Ada yang sudah selesai ngaji, terus sekarang mereka sudah bekerja,” papar Ustadz Wahyudin kepada relawanIDC, Senin (14/11/2018).

Banyak suka dan duka yang dialami Ustadzah Ecih selama mendampingi sang suami, mengajar anak-anak. Dengan rendah hati, Ustadzah Ecih mengaku bukanlah orang berilmu tinggi, namun ia sadar bahwa sekelumit ilmu yang diketahui, itulah yang harus diajarkan kepada orang lain, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Shahih Bukhari, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”

Berbekal dorongan kepercayaan masyarakat, Ustadz Wahyudin bersama istri berusaha istiqamah menjadi guru mengaji.

“Alhamdulillah dipercaya sama masyarakat. Padahal saya mah tidak punya ilmu apa-apa. Dengan adanya kepercayaan masyarakat mengajar diniyah anak-anak, kami senang,” tutur Ustadzah Ecih merendah.

Untuk menafkahi keluarganya, Ustadz Wahyudin bekerja sebagai petani dan penjual kelapa. Dari penghasilan profesi petani yang pas-pasan, ia tidak mengharapkan honor dakwah dan guru mengaji.

RUMAH SEKALIGUS MARKAS PENGAJIAN JEBOL DITERJANG BANJIR

Malangnya, rumah yang sekaligus markas majelis taklim Ustadz Wahyudin itu hancur dihantam banjir bandang Tasikmalaya pada Selasa (6/11/2018).

Diguyur hujan deras berhari-hari, kawasan Cipatujah Tasikmalaya mengalami banjir bandang dan longsor. Insiden itu menelan 5 orang korban meninggal, 2 orang hilang, 173 rumah terendam banjir, dan 11 rumah rusak. Total lebih dari 700 keluarga menjadi korban terdampak banjir dan longsor di sejumlah desa di kecamatan Cipatujah, Bantarkalong, Karangnunggal dan Culamega. (Baca: Diterjang Banjir, Pesantren Tasik ini Butuh Mushaf. Ayo Bantu..!!)

Ustadz Wahyudin memaparkan, insiden banjir bandang itu terjadi pada pagi dini hari sekitar pukul 01.00 WIB, saat warga tengah tertidur lelap. Tiba-tiba air sungai Cipatujah meluap hingga setinggi dada orang dewasa. Rumah Ustadz Wahyudin adalah korban pertama yang dihantam banjir bandang.

Beruntung, Ustadz Wahyudin bersama istri dan keempat anaknya berhasil menyelamatkan diri dan mengungsi ke madrasah. Namun rumah yang selama ini mereka tinggali untuk berdakwah dan membina keluarga sakinah, hancur luluhlantak diterjang pohon arba (sengon/albazia) yang hanyut terseret banjir.

“Rumah saya jebol diterjang sama pohon arba yang hanyut terbawa banjir. Bukan pohon dari sini, tapi pohon yang terbawa air dari jauh,” ungkapnya.

Hancurnya rumah Ustadz Wahyudin yang sekaligus markas pengajian, kini aktivitas belajar mengaji anak-anak pun terpaksa diliburkan.

Kedatangan Relawan IDC yang sedang menggelar aksi Tanggap Bencana pun disambut para santri pengajian dengan Suasana haru biru menyapa.

Intan Nuraini (11), santri pengajian, sangat bersedih atas insiden ini. Ia tak sanggup menahan air mata, melihat majelis taklim yang selama ini tempatnya mengaji bersama teman-teman sebayanya hancur. “Saya sedih tidak bisa ngaji lagi, majelisnya belum bisa ditempatin,” tutur Intan sambil menangis tersedu-sedu.

Julia, bocah imut usia lima tahun pun merasakan kesedihan serupa. Ia memohon agar rumah Ustadz Wahyudin segera dibangun. “Kakak-kakak IDC, tolong bangun rumah Uwa Uyu yang roboh,” tuturnya kepada Relawan IDC.

Ihsan Maulana (12), juga menyampaikan keinginannya agar bisa mengaji kembali. Untuk itu, ia berharap rumah Ustadz Wahyudin yang selama ini dijadikan majelis taklim bisa dibangun kembali. “Tolong bantu kami untuk membuat majelis taklim lagi supaya kami bisa mengaji lagi dan kami bisa menuntut ilmu lagi,” tuturnya.

Betapa sedihnya anak-anak didik Ustadz Wahyudin, mereka memiliki semangat yang tinggi untuk bisa kembali mengaji. Selain berduka karena rumah mereka diterjang banjir, markas tempat mereka mengaji juga hancur.

USTADZ WAHYUDIN GURU MENGAJI ASET ISLAM

Di mata warga kampung Jajaway, Ustadz Wahyudin adalah sosok guru ngaji yang tulus berdakwah, bersahaja, sabar, penuh tanggung jawab, memiliki jiwa sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap dakwah.

Menurut Haji I’ing, tokoh masyarakat Jajaway, Ustadz Wahyudin adalah guru agama yang memiliki jiwa sosial dan kepedulian yang tinggi. Ketika mushalla tempat mengajar anak-anak sudah tak lagi memadai, ia merelakan rumahnya digunakan untuk majelis taklim.

“Kegiatan rutinnya waktu malam dia mendidik anak-anak kami di masjid, karena di masjid tidak cukup tempat sehingga anak-anak yang kecilnya dibawa ke rumah. Kemudian siang harinya, dia juga mengajar di madrasah, mendidik anak-anak kami juga,” ungkapnya.

Sementara itu, Bambang Wahyu, Kepala Dusun Jajaway, memuji kegigihan dakwah Ustadz Wahyudin di kampungnya. “Selain aktif sebagai DKM Al-Ikhlas, Uwa Uyu juga mengajar anak-anak Kampung Jajaway. Bahkan rumahnya dijadikan tempat mengaji anak-anak di kampung ini,” ujarnya.

Bambang menambahkan, ketika insiden banjir bandang, rumah Ustadz Wahyudin adalah korban yang pertama kali diterjang banjir. “Rumah beliau itu rumah paling pertama yang diterjang luapan air sungai Cipatujah. Rumah beliau ambruk pada saat datang air bah tersebut,” terangnya.

Karenanya, ia mendukung program IDC untuk membangun kembali rumah Ustadz Wahyudin yang ambruk pasca banjir.

“Saya sebagai kepala Dusun, sangat berharap sekali kepada para relawan IDC, untuk segera membangunkan rumah Bapak Wahyudin agar aktivitas keseharian beliau tidak terganggu dan anak-anak di sekitar sini bisa kembali mengaji,” pintanya.

Wawan Suwandi Ramitani, tokoh pemuda setempat juga mendukung program IDC yang berencana akan membangun kembali rumah Ustadz Wahyudin.

“Saya sangat bangga ketika ada rekan-rekan yang akan melakukan bedah rumah dan kami siap membantu, tenaga, pikiran, agar ini terealisasi secepatnya. Kita siap berapa orang yang dibutuhkan, mau sebanyak-banyaknya pun boleh. Yang penting, apalagi ini rumah pak ustadz yang selama ini banyak berjasa ke warga di sini, kita sangat mendukung dan ingin agar secepatnya terbangun,” tegasnya.

Untuk membangun kembali rumah Ustadz Wahyudin dengan bangunan tembok permanen, menurut penghitungan tukang bangunan setempat, diperlukan dana sekitar 60 juta rupiah.

PEDULI BENCANA, AYO BANGUN RUMAH PENGAJIAN USTADZ WAHYUDIN

Beban musibah yang menimpa Ustadz Wahyudin dan para santrinya adalah beban kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.

“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُنْيَا نَفَّسَ الله عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَومَ القِيَامَةِ و مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيهِ في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و مَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و الله في عَونِ العَبْدِ ما كان العَبْدُ في عَونِ أَخِيهِ

“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa membantu seorang hamba selama hamba tersebut senantiasa membantu saudaranya...” (HR Muslim).

Seberapa pun infaq yang diberikan untuk membangun rumah taklim Ustadz Wahyudin, semoga para donatur akan mendapat pahala 700 kali lipat (Al-Baqarah 261), diganjar dengan 700 onta pada hari kiamat (HR Muslim no 1892), dan membuka peluang masuk surga dari pintu sedekah (HR Bukhari no 1897 & Muslim no 1027).

Semoga dari setiap aktivitas dakwah dan majelis ilmu di rumah tersebut, pahalanya selalu mengalir kepada para donatur, sepadan dengan pahala orang yang mengajarkan ilmu yang didapat.

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR Muslim no. 1893).

Bunga-bunga kasih kepedulian kaum Muslimin sangat dibutuhkan untuk membantu pembangunan rumah dan majelis taklim Ustadz Wahyudin. Rumah ini sangat dibutuhkan warga setempat, agar kelak tumbuh menjadi generasi dakwah Islam.

Donasi program Bedah Rumah Ustadz Korban Banjir bisa disalurkan ke rekening IDC:

  1. Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  2. Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a.n: Infaq Dakwah Center.
  3. Bank Mandiri Syari’ah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  4. Bank Bukopin Syariah, No.Rek: 880.218.4108 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  5. Bank BTN Syariah, No.Rek: 712.307.1539 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  6. Bank Mega Syariah, No.Rek: 1000.154.176 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  7. Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  8. Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  9. Bank CIMB Niaga, No.Rek: 80011.6699.300 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
  10. Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC).

CATATAN:

  • Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 8.000 (delapan ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.008.000,- Rp 508.000,- Rp 208.000,- Rp 108.000,- 58.000,- dan seterusnya.
  • Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: www.infaqDakwahCenter.com.
  • Info: 08122.700020.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


LAINNYA