Laporan

Bantuan 8 Juta Diserahkan untuk Beli Kaki Palsu dan Modal Usaha, Semoga Bu Rahmah Sukses Berhenti Mengemis


Alhamdulillah, donasi Infaq Dakwah Club (IDC) Voa Islam sebesar Rp 8.010.012 telah diserahkan kepada Bu Rahmah untuk membeli kaki palsu dan modal usaha. Semoga pengemis empat zaman sukses hijrah menjadi wanita terhormat yang mandiri dan tidak menjadi pengemis lagi.

Dana diserahkan oleh Relawan IDC Senin siang (26/11/2012). Sebagian dana tersebut, Rp 4 juta dipakai untuk membeli kaki palsu di bengkel Organ Prosthetic di Komp Serbaguna Karangsari, Neglasari Tangerang Banten. Dengan bimbingan pakar organ palsu Kang Andhika Muslih dan Relawan IDC, Bu Rahman belajar memakai dan berjalan yang benar memakai kaki palsu. “Alhamdulillah, kakinya cocok dan ringan. Tidak berat,” ujar Bu Rahmah dengan suara berat karena sudah sepuluh hari sakit.

Usai memakai kaki palsu baru bantuan donatur IDC, Bu Rahmah diantar Relawan IDC berjalan menuju rumahnya di Sitanala, kel Karangsari, kec Neglasari Tangerang Banten di bawah guyuran hujan. Di rumah yang sangat sederhana ini, Relawan IDC menyerahkan dana Rp 4.010.012 untuk modal usaha dagang kecil-kecilan Bu Rahmah agar berhenti dari aktivitas mengemis.

Ditemani anak perempuan dan menantunya beserta kedua cucunya, Bu Rahmah menerima dana yang diserahkan langsung oleh Direktur IDC Abu Mumtaz. Wanita yang sudah malang melintang di dunia pengemis selama puluhan tahun ini tak menyangka bakal menerima dana bantuan cuma-cuma sebesar ini. "Alhamdulillah, terimakasih atas bantuannya, semoga berkah bagi semuanya dan mudah-mudahan usaha saya nanti lancar. Saya doakan semua yang membantu agar diberi kemudahan dan keberkahan oleh Allah," ujarnya terharu dengan mata berkaca-kaca.

Di awal tahun baru hijriyah ini, dengan bantuan tersebut, semoga Bu Rahmah sukses mewujudkan cita-citanya, hijrah dari kaum peminta-minta menjadi munfiqin (penginfaq).

Mudah-mudahan Allah Ta’ala mengaruniakan keberkahan, pertolongan dan kemudahan  di dunia dan akhirat kepada para donatur yang telah menginffakan hartanya untuk membantu Bu Rahmah. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka pasti Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah pasti akan memudahkannya di dunia dan di akhirat...” (HR Muslim).

Sebagaimana diberitakan IDC sebelumnya, Bu Rahmah, sang penderita cacat kaki ini sudah menjalani profesi pengemis selama 27 tahun. Mantan penderita kusta ini ingin berhenti dari profesinya, namun keterpaksaan dan ketidakpedulian umat jadi kendala. (baca: 27 Tahun Mengemis, Bu Rahmah Ingin Mandiri, Butuh Modal Usaha & Kaki Palsu).

Empat zaman dari Orde Baru hingga Reformasi: Presiden Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY datang silih berganti dengan janji-janji politiknya, tapi nasib wanita kelahiran Sumedang 62 tahun lalu ini tak juga berubah. Dari hari ke hari hanya bisa mengais rezeki dengan duduk di jalanan mengandalkan cacat fisiknya untuk meruntuhkan belas kasihan orang yang lewat.

...Semoga dengan bantuan ini Bu Rahmah sukses membebaskan dirinya dari profesi peminat-minta, hijrah menjadi wanita mandiri yang terhormat...

Pengemis kawakan ini sudah beraksi di berbagai daerah dari Tangerang, Jakarta hingga Bekasi. Tak terhitung sudah berapa kali ia digaruk petugas dan dipenjarakan aparat trantib.

Meski berprofesi hina, dalam penelusuran Relawan IDC di tempat tinggalnya, Kamis (15/11/2012), Bu Rahmah adalah ibu yang baik dan shalihah. Di kampungnya, ia sangat jauh dari kesan peminat-minta. Ia aktif mengaji di Masjid Al-Hanafiyah, rajin shalat malam dan puasa sunnah. Sebagai wanita yang rajin taklim, Bu Rahmah bukan tidak tahu bahwa mengemis adalah pekerjaan yang hina. Rasulullah SAW bersabda:

"Lebih baik seseorang bekerja dengan mengumpulkan seikat kayu bakar di punggungnya dibanding dengan seseorang yang mengemis lantas ada yang memberi atau enggan memberi sesuatu padanya" (HR. Bukhari).

Bu Rahmah juga takut dengan ancaman Rasulullah SAW terhadap profesi pengemis:

"Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya" (HR Bukhari dan Muslim).

Kepada Relawan IDC, Bu Rahmah menumpahkan segala isi hatinya. Ia tahu bahwa mengemis itu tidak baik, tapi keadaan yang memaksanya untuk menjalankan profesi pengemis. Sebagai wanita kaki, mantan penderita ini sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, meski hanya sebagai tukang sapu.

Untuk menjadi pembantu rumah tangga, tak ada keluarga yang mau menampung karena merasa jijik terhadap mantan penderita kusta ini. Untuk menjadi tukang sapu, ia pun memiliki keterbatasan karena tidak punya kaki.

Satu-satunya peluang yang dipikirkan Bu Rahmah saat ini adalah jualan kecil-kecilan di kampungnya. Semoga dengan bantuan donatur IDC ini Bu Rahmah sukses membebaskan dirinya dari profesi peminat-minta, hijrah menjadi wanita mandiri yang terhormat.

Semoga dengan membantu Bu Rahmah, para donatur IDC menjadi Muslim sejati karena sangat peduli dengan urusan saudara sesama Muslim. Barokalloh fikum, kepada para donatur IDC. [A Ahmad Jundullah]

.