Laporan
DAPUR RAMADHAN IDC: Tebar Ifthor & Takjil ke TPQ Jasmine Assalam, Gunung Kemukus Dakwah Benteng Kemusyrikan
SRAGEN, Infaq Dakwah Center (IDC) - Relawan IDC menyalurkan ratusan paket nasi bok untuk jamuan berbuka puasa bersama (Ifthor) bagi para santri Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) Jasmine Assalam, Gunung Sono, Gunung Kemukus, Sragen, Ahad (10/4/2022).
Dibawah bimbingan Ustadz Joko, TPQ yang menjadi benteng kemusyrikan orang-orang yang mencari pesugihan di Gunung Kemukus ini, begitu semangat menerima paket Ifthor IDC. Bahkan menu ayam goreng menjadi special bagi mereka saat berbuka puasa bersama.
"Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada IDC dalam program tebar Ifthor untuk anak-anak kami dan bunda kakak-kakak di pinggiran Kedung Ombo. Juga kepada seluruh para donatur saya mengucapkan jazakumullah Khoiron katsiro semoga mendatangkan keberkahan, mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi kita semua, terima kasih," kata Ustadz Joko.
Sementara itu, para santri TPQ Jasmine Assalam juga mengucapkan terima kasih kepada donatur IDC yang memperhatikan kondisi mereka. Menggelar berbuka puasa bersama di tempat tersebut hanya digelar 8 kali dalam satu bulan Ramadhan. Jadi kegiatan Ifthor bersama sangat mereka tunggu.
"Alhamdulillah hari ini kami mendapatkan tebar Ifthor IDC, jazakumullah Khoiron kepada donatur IDC," ucap mereka serempak.
GURU DISABILITAS, TAK SURUT DIHUJAT KERAS TETAP SEMANGAT IKHLAS
Ustadz Joko seorang penyandang disabilitas dengan kondisi kedua tangannya kecil tak berfungsi secara normal. Otot-otot nya lemah sehingga tak memiliki tenaga untuk menggenggam. Kedua kakinya juga sama, hanya saja masih bisa untuk berdiri dan berjalan dengan waktu yang tidak lama.
Cacat sejak lahir tak menyurutkan niat ikhlasnya membimbing anak-anak desa Gunung Sono agar memiliki tauhid yang kuat. Cita-citanya hanya mendidik generasi masa depan yang tidak terpengaruh dengan kemusyrikan yang sudah sangat terkenal di Gunung Kemukus. Menjadi ladang syirik mencari pesugihan, Gunung Kemukus menjadi stikma negatif di masyarakat, meski kini pemerintah setempat mulai merubah dengan menjadikan Gunung Kemukus menjadi tempat wisata.
Tak hayal, Ustadz Joko sering mendapatkan hujatan demi hujatan dari warga dengan kemampuan fisiknya. Padahal menggerakkan TPQ dan PAUD yang digawangi sang istri membutuhkan biaya yang banyak. Ia tak malu menyampaikan kebutuhannya pada teman, saudara dan umat Islam yang terketuk untuk bersinergi.
"Ya biasa mas, diremehkan itu wajar. Saya balas dengan tetap beramal, saya kumpulkan anak-anak disini untuk mau belajar membaca Quran. Pelan-pelan yang penting Istiqomah, kebutuhan dana saya carikan kemanapun siapa yang mau bantu. Alhamdulillah semua menjadi berkah, Allah mudahkan urusan saya," tuturnya.
GUNUNG KEMUKUS BERUBAH JADI TEMPAT TERKENAL MENCARI PESUGIHAN DENGAN RITUAL ZINA
Pada 2014 lalu, nama Gunung Kemukus sempat mendunia. Hal itu terjadi setelah sejumlah media asing memberitakan fenomena ritual "sex mountain" di objek wisata itu.
Mitos yang berkembang, berhubungan seks dengan pasangan tak resmi di Gunung Kemukus merupakan bagian dari ritual yang harus dijalani para peziarah Makam Pangeran Samodro untuk mendapatkan kekayaan/pesugihan.
Ritual itu, tak luput dari sosok Pangeran Samodro yang hidup pada masa keruntuhan Kerajaan Majapahit atau masih satu era dengan penyebaran agama Islam di Tanah Jawa utusan dari Kerajaan Demak pada 1400 hingga 1500 Masehi.
Pangeran Samodro merupakan salah satu putra dari Prabu Brawijaya. Karena ada konflik dengan ayahandanya, Pangeran Samodro kemudian mengembara keluar dari Majapahit hingga sampai di Gunung Kemukus. Di sana, Pangeran Samodro menjadi seorang mualaf dan turut menyebarkan agama Islam. Dia punya banyak murid dan menghidupi penduduk sekitar.
Suatu ketika, para santri dari Pangeran Samodro itu tengah memasak di dapur. Pada asat itu, warga sekitar melihat kepulan asap dari dapur dilihat dari kejauhan seperti kukusan. Hal itulah yang mengilhami lahirnya istilah Gunung Kemukus.
Setelah kepergian Pangeran Samodro, ibu tirinya yakni Dewi Ontrowulan yang mengasuhnya sejak kecil menyusul keluar dari Majapahit. Sebagai seorang ibu, ia mengkhawatirkan putra angkatnya itu. Sampai akhirnya, Dewi Ontrowulan tiba di Gunung Kemukus.
Saat tiba di Gunung Kemukus, Dewi Ontrowulan mendapati Pangeran Samodro sudah meninggal. Lalu, Dewi Ontrowulan dikubur satu liang dengan Pangeran Samodro. Namun, oleh oknum yang tidak bertangung jawab, kisah Dewi Ontowulan dan Pangeran Samodro itu dikaitkan dengan ritual pesugihan.
Ada cerita menyimpang yang menyebutkan bila Dewi Ontrowulan terlibat cinta terlarang dengan Pangeran Samodro. Kisah menyimpang itu kemudian yang melatarbelakangi adanya ritual berhubungan badan dengan orang lain supaya keinginannya terkabul. Padahal itu adalah bentuk penyimpangan cerita.
Info: 08122.700020 – 08567.700020