Laporan
Ustadz Hamim Jaelani Wafat, Donasi Rp 18 Juta Telah Diserahkan Untuk Biaya RS
SEMARANG, Infaq Dakwah Center (IDC) – Ustadz Hamim Jaelani, dai senior perintis dakwah tauhid dan jihad di Semarang berpulang. Donasi Rp 18.372.000 telah disampaikan untuk membayar biaya rumah sakit. Sebelum wafat ia terharu saat menerima donasi, dan ingin mencium tangan orang yang membantunya.
Donasi diserahkan langung oleh Ahmed Widad, Relawan IDC kepada pihak keluarga disaksikan para murid dan kader dakwah Ustadz Hamim di Semarang, Rabu (2/10/2013).
Siang itu, para murid dan kader Ustadz Hamim berkumpul dan bertukar pikiran untuk melanjutkan dakwah tauhid sepeninggal Ustadz Hamim.
Meski dikenal tegas, Ustadz Hamim sangat dekat dengan murid-muridnya, tak heran jika para kader yang tersebar di seantero Semarang biasa memanggil dengan sapaan akrab “Abi,” karena mereka sudah menganggapnya seperti orang tua sendiri.
Saking dekatnya dengan para kader binaan, Ustadz Hamim pernah mengungkapkan keinginannya untuk meninggal dunia di tengah para ikhwan seperjuangan fisabilillah.
“Kalau saya mati lebih baik saya mati di tengah ikhwan-ikhwan sekalian,” ujar Ustadz Imam menirukan gurunya.
Ungkapan ini menjadi kenyataan di kemudian hari. Saat dalam kondisi sakit hingga meninggal dunia, murid-murid beliau begitu bersusah payah memberikan bantuan, baik moril maupun materiil. Salah seorang kader pun sempat menjaminkan mobilnya kepada pihak rumah sakit untuk biaya pengobatan Ustadz Hamim.
Selain dikenal sebagai dai yang lantang menyuarakan kebenaran, Ustadz Hamim dikenal sebagai sosok yang dermawan. “Semasa hidupnya, Abi suka membagi-bagikan beras kepada masyarakat dhuafa,” kenang ustadz Imam.
...Sebelum wafat, Ustadz Hamim terharu saat menerima donasi kaum muslimin dari IDC. “Akhi, siapa yang memberi dana ini? Saya ingin mencium tangannya?” ujarnya berkaca-kaca...
Hamim Jaelani Foundation
Saat serah terima donasi dari para donatur IDC, pihak keluarga diwakili Syaifudin dan murid-murid Ustadz Hamim diwakili Ustadz Imam.
Syaifuddin, putra sulung Ustadz Hamim bersyukur kepada Allah dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada para muhsinin IDC. “Saya ucapnya terima kasih, jazakumullah khairan atas bantuannya,” ucap Syaifudin.
Sementara itu, para murid Ustadz Hamim bertekad melanjutkan dakwah tauhid yang dirintis Ustadz Hamim dengan mendirikan Hamim Jaelani Foundation.
“Rencananya dari sisa donasi ini akan kami gunakan untuk meneruskan dakwah Abi dengan mendirikan Hamim Jaelani Foundation. Lokasinya insya Allah di tempat Abi tinggal dulu. Di dalamnya nanti akan kita adakan kajian, perpustakaan dan kegiatan sosial,” jelas Ustadz Imam.
Usai diskusi dan ramah tamah, Relawan IDC menyempatkan berziarah ke makam sang pionir dakwah tauhid di TPU Bergota Semarang. Semoga Allah melimpahkan maghrifah, melapangkan kuburnya dan ilmu yang beliau ajarkan kepada murid-muridnya bermanfaat menjadi amal shalih yang mengalir hingga hari kiamat ('ilmun yuntafa' bih).
Jejak Dakwah Tauhid Ustadz Hamim Jaelani
Ustadz Hamim adalah dai era tahun 80-an yang selama tiga dasawarsa malang-melintang berdakwah menyuarakan tauhid, jihad dan penegakan syariat Islam. Untuk syiar Islam, ia blusukan ke kampung-kampung, memikul amanah berat menjadi pucuk pimpinan ormas Islam hingga jihad memerangi Salibis di bumi Ambon.
Dengan style lantang dalam mendakwahkan tauhid, jihad, penegakan Syari’at Islam dan wala’ wal baro’, Ustadz Hamim harus merasakan sadisnya Laksus Kopkamtib (Densusnya rezim Soeharto). Ia paham betul bahwa kejamnya penjara rezim orde baru yang dialaminya itu adalah ujian dakwah dan kosekuensi keislaman.
Mayoritas aktivis Islam Semarang pernah menimba ilmu dari beliau, mendengar ceramah-ceramahnya atau setidaknya mengenal Ustadz Hamim. Karenanya, dai senior ini tak bisa dipisahkan dengan gerakan dakwah Islam di Semarang.
Dan di usia senjanya, mujahid dakwah berusia 68 tahun itu tergolek lemah di RS Telegorejo Semarang setelah dua kali keluar masuk ruang ICU.
...Dengan style lantang dalam mendakwahkan tauhid dan penegakan Syari’at Islam, Ustadz Hamim harus merasakan sadisnya Laksus Kopkamtib (Densusnya rezim Soeharto)...
Wafat Hari Jum’at, Insya Allah Husnul Khotimah
Selama dua pekan Ustadz Hamim dirawat di RS Telogorejo akibat komplikasi penyakit gula dan jantung, bahkan beberapa kali keluar masuk ICU dikarenakan kondisinya yang cukup mengkhawatirkan. Pagi dini hari pada Jum’at yang mulia (27/9/2013), Ustadz Hamim menghembuskan nafas terakhir sekira pukul 03.00 WIB. Para ikhwan yang menyaksikan detik-detik akhir hayat Ustadz Hamim melepas kepergiannya dengan penuh haru.
“Saya menjadi saksi saat-saat terakhir Ustadz Hamim. Subhanallah, wajahnya terlihat begitu tenang, cerah dan bersih,” ujar Abu Jihan kepada IDC, Jum’at (27/9/2013).
Usai shalat Jum’at jenazah Ustadz Hamim dimakamkan di TPU Bergota Semarang, dihadiri ratusan aktivis Islam yang datang dari berbagai daerah. Abu Jihan dan para aktivis Islam sangat kehilangan sosok ustadz yang sangat menginspirasi dakwah dan jihad. “Beliau adalah ustadz kami, yang menunjukkan kami kepada pintu hidayah,” ujarnya.
Selamat jalan Ustadz dan Abiku, insya Allah senyum terakhirmu, wafatmu pada hari Jum’at sayyidul ayyam menjadi tanda husnul khatimah.
“Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at melainkan Allah melindunginya dari siksa kubur.” (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr RA, hadits nomor 1.043).
...Selamat jalan Ustadz Hamim, insya Allah senyum terakhirmu, wafatmu pada hari Jum’at sayyidul ayyam menjadi tanda husnul khatimah...
TEGAR MENYONGSONG KEMATIAN
Menurut Abu Jihan, selama dirawat di rumah sakit, Ustadz Hamim nampak lebih dekat kepada Allah, seolah sudah siap menghadap-Nya. Abu Jihan yang sangat mengenal sosok keteladanan Ustadz Hamim. Selain mengenal sebagai murid setia, Abu Jihan adalah orang yang yang selalu mendampingi Ustadz Hamim selama perawawan di rumah hingga di rumah sakit. Bahkan detik-detik terakhir sebelum meninggal pun ia mendampingi di samping Ustadz Hamim.
“Selama ana merawat dan menemani beliau, yang ada saksikan beliau selalu shalat tepat waktu meski kondisinya demikian parah, setiap kami bisiki beliau, “Abi sudah masuk waktu shalat”, maka beliau segera melaksanakan shalat dengan segala keterbatasannya,” paparnya. “Selama sakit beliau tampak sangat sabar. Beliau berharap agar sakit ini menjadi kafarat dosa-dosa beliau selama hidupnya,” tambahnya.
MEMIKIRKAN DAKWAH DAN JIHAD HINGGA NAFAS TERAKHIR
Ketegaran Ustadz Hamim di jalan Allah tak perlu diragukan lagi. Terbukti, kejamnya penjara rezim Orde Baru tak pernah memadamkan semangatnya.
Kepada para murid dan anak didiknya, semangat jihad itu ditularkan dengan cara yang indah. Selain dengan mengajarkan nas-nas Ilahi, Ustadz Hamim juga mahir merangkai kata penyemangat.
“Bersungguh-sungguhlah dalam urusan iqomatuddiin jangan sampai urusan dunia mengalahkannya,” ujar Abu Jihan menirukan taushiyah Ustadz Hamim semasa hidupnya.
Selain bersungguh-sungguh, Ustadz Hamim juga menekankan betapa mahal dan pentingnya waktu. Tak heran jika ia sangat membenci orang yang menunda-nunda amal shalih. “Segerakan kebaikan dalam iqomatuddien. Jangan menunda-nunda, karena menunda-nunda akan menjadikannya basi,” tegasnya dalam suatu taklim.
Penyakit hebat yang dideritanya pun mengakui ketegaran aqidah sang ustadz. Pada saat terbaring kritis ia masih memikirkan perjuangan Syariat Islam. Ketika jasadnya terbaring lemas, ia masih sempat mewasiatkan jihad melawan musuh Allah.
“Ada satu hal yang membuat saya haru. Ketika saya mengatakan kepada beliau, ‘Abi, Sabar ya...’ Abi menjawab, “Antum tahu apa itu sabar? Sabar itu bila kita tidak berhenti dari memikirkan dan berbuat sesuatu demi kehancuran tahta thaghut,” kenang Abu Jihan terharu. Subhanallah!!
...Sabar itu bila kita tidak berhenti dari memikirkan dan berbuat sesuatu demi kehancuran tahta thaghut, ujar Ustadz Hamim sebelum meninggal...
TAK PERNAH LARI DARI TOPIK DAKWAH DAN JIHAD
Seolah tak mau membuang waktu di penghujung hayatnya, Ustadz Hamim yang tak pernah lari dari tema dakwah dan jihad ketika berbicara dengan para pembezuk.
“Dalam keadaan sakit setiap ana silaturrahim, beliau tidak pernah berganti topik pembicaraan kecuali membicarakan dakwah dan memikirkan umat,” kenang Abu Faiz, seorang aktivis Islam Semarang.
Ustadz Abu Hilal, salah satu pegiat dakwah di Semarang juga memuji kiprah dakwah Ustadz Hamim. “Beliau adalah penghulu dai di semarang. Karena beliaulah yang merintis dakwah tauhid dan jihad pada masa awal di sini. Beliau adalah orang yang tak mengenal lelah dalam berdakwah, baik di kampus maupun kawasan hitam Semarang,” ujar pengasuh berbagai majelis taklim di Semarang itu.
Abu Hilal memuji ketegaran Ustadz Hamim, karena dalam kondisi apapun, hati dan pikiran Ustadz Hamim selalu terpaut dalam dakwah.
“Bahkan dalam sakitnya kemarin, Abi masih memikirkan umat. Beliau menanyakan nasib majelis-majelis yang selama ini beliau ampu. Abi sempat meminta saya menggantikan beliau,” ujarnya. “Tak terhitung sudah berapa banyak mahasiswa, pemuda dan para preman yang mendapatkan hidayah Islam melaui kiprah dakwah Ustadz Hamim,” pungkasnya.
...tak mau membuang waktu di penghujung hayatnya, Ustadz Hamim yang tak pernah lari dari tema dakwah dan jihad ketika berbicara dengan para pembezuk...
Sabar dan Tekun Memoles Kader Dakwah
Salah satu aktivis Islam yang merasakan polesan dakwah Ustadz Hamim adalah Abu Jundi. Pria yang kini dikenal sebagai komandan Gashibu ini mengenal Ustadz Hamim tak lama setelah lulus SMA. Sejak itulah ia mengalami pencerahan dan hijrah menuju kemuliaan akidah tauhid. Karena kedekatan guru dan murid itu, Ustadz Hamim biasa disapa “Abi.”
“Ana mengenal Abi sejak lepas dari SMA. Ana mengenal beliau sebagai figur pendakwah yang mengajarkan Islam kepada orang-orang yang bodoh seperti ana ini. Beliau mengajarkan apa itu tauhid lengkap dengan teladan dan konsekwensinya. Beliau dai yang gagah berani menentang dahsyatnya sistem yang zalim. Tak heran jika sikapnya itu sering dipermasalahkan oleh rezim Orde Baru,” tutur pria berusia 38 tahun itu.
Di belakang hari, Abu Jundi tampil sebagai sosok mujahid yang bernasib sama dengan Ustadz Hamim. Prinsip tauhid dan jihad terpatri begitu dalam di hatinya, hingga ia sempat dipenjara rezim thaghut di penjara angker Nusakambangan selama 6 tahun. Tak ada penyesalan, itulah konsekuensi jalan tauhid di negeri zalim.
Di mata Jundi, Ustadz Hamim adalah dai yang semangat jihadnya terus meningkat meski kesehatan fisiknya terus menurun. “Enam tahun berlalu, setelah ana bebas dari penjara, ana mengunjungi Abi. Meski beliau sudah sakit-sakitan, tapi sama sekali tidak menghentikan beliau untuk terus berdakwah. Dengan fisiknya yang sangat lemah Abi masih begitu tegar. Masih hangat dalam ingatan ana, bagaimana beliau sudah tidak memperdulikan kesehatannya ketika sedang berdiskusi dan membahas metode thaghut memandulkan dai tauhid,” kenang Jundi. “Abi begitu bersemangat, meski tak jarang diselingi batuk yang membuat seluruh badannya bergetar.”
Saat Ustadz Hamim menghembuskan nafas terakhirnya, Jundi sedang perjalanan pulang dari berbagai kegiatan kemanusiaan di LP Nusakambangan. “Ana mendapat kabar wafatnya Abi saat perjalanan pulang dari Nusakambangan. Insya Allah Abi husnul khatimah. Karena sesungguhnya amal tergantung dari penutupnya ‘innamal a’mal bil-khowatim,” ujarnya sembari mengutip hadits keutamaan meninggal pada hari Jum’at, “Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at melainkan Allah melindunginya dari siksa kubur.”
Abi telah menutup perjalanan hidupnya dengan tidak melepaskan bara yang selama ini di genggamnya. Selamat jalan Abi. Apa yang engkau tanam telah tumbuh subur dan berbuah lebat, dan jasa perjuanganmu akan terus mengalir dan dilanjutkan oleh generasi mendatang.
...semangat jihadnya terus meningkat meski kesehatan fisiknya terus menurun...
Ta’zhim Ustadz Hamim Kepada Donatur IDC
Sebelum wafat, Ustadz Hamim sangat terharu saat menerima donasi kaum muslimin dari IDC. Kepada para ikhwan yang menjaganya di rumah sakit, ia bertanya siapa yang memberi dana bantuan itu, karena ia ingin mencium tangan orang yang membantunya.
“Akhi, siapa yang memberi dana ini? Saya ingin mencium tangannya?” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Jazakumullah khayran kepada seluruh donatur IDC yang telah berinfaq untuk membantu meringankan beban Ustadz Hamim. Mudah-mudahan menjadi amal shalih, dipanjangkan umurnya dalam kebahagiaan, pertolongan dan kemudahan Allah. Insya Allah di Yaumil Makhsyar kelak Ustadz Hamim akan tampil menjadi saksi bahwa para donatur IDC adalah orang-orang yang benar-benar membuktikan keimanannya dengan membantu kesulitan sesama mukmin, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih). [taz, wid, bib]
BERITA TERKAIT: