Laporan

Ditangani Relawan IDC, Preman Pelabuhan Bertaubat Sebelum Menemui Ajalnya. Ayo Bantu Kedua Anak Yatimnya!!


 

Leo Antonius, pria penuh tato di tubuhnya ini dikenal sebagai preman pelabuhan Tanjungpriok. Semenjak putus sekolah, seumur hidupnya dihabiskan dalam kerasnya kehidupan dan gelapnya kehidupan malam. Menjelang ajal, atas dakwah Relawan IDC, ia bertaubat dari segala maksiat dan banyak beristigfar menjelang ajalnya. Kedua anak yatim preman tobat ini ingin menjadi anak shalih pejuang agama, butuh uluran tangan kaum Muslimin....

TANJUNGPRIOK JAKARTA, Infaq Dakwah Center (IDC) – Rabu sore, 19 Rajab 1437 Relawan IDC yang sedang piket di kantor Bekasi mendapat pengaduan dari salah satu simpatisan IDC di kawasan Tanjungpriok Jakarta Utara. Sang ‘informan’ menginformasikan bahwa ada seorang preman pelabuhan sedang sakit keras, butuh bantuan segera karena kawan-kawan dari geng preman tidak ada yang bisa bantu.

Haji Imron yang menerima pengaduan segera diskusi dengan Direktur IDC Abu Mumtaz. “Bagaimana ini Pak, mereka minta IDC bantu biaya pengobatan preman itu. Kasihan gak ada yang bantu. Kalau dibantu masuk program apa?,” ujarnya melas setelah menjelaskan kronologis sejelas-jelasnya.

Tanpa pikir panjang, Abu menjawab spontan, “Ya udah bantu aja, mau gimana lagi. Bawain obat-obatan herbal yang diperlukan dan dana tunai kalau perlu dibawa ke rumah sakit,” ceplosnya. “Tapi ingat, kita ini lembaga Infaq dan Dakwah. Jadi seberapapun bantuan yang diberikan harus ada nilai dakwahnya. Dakwahi dulu sebelum ngasih bantuan. Kalau mau tobat bantu semaksimalnya,” tambahnya.

Tanpa mengulur-ngulur waktu, ia segera mempersiapkan segala perbekalan yang diperlukan. Sejurus kemudian ia pamitan dan memacu motor matic kesayangannya menuju Kampung Muara Bahari, Tanjung Priuk.

Setelah hampir dua jam perjalanan menerobos kemacetan dan padatnya himpitan truk-truk kontainer pelabuhan, sampailah Relawan IDC di tempat yang dimaksud. Sebuah pemukiman kumuh dan padat penduduk. Begitu sempitnya jalanan, untuk parkir motor saja harus benar-benar menepi supaya ada sisa jalan untuk pengguna jalan yang lain. Kalau tidak berhati-hati, sepeda motor bisa tercebur selokan bila tersenggol motor yang lewat.

Di kawasan ini, hampir semua orang mengenal nama Leo, sapaan akrab sang preman. Leo Antonius, nama yang angker dan tak ada taste Islam, padahal ia adalah seorang Muslim. Keseharian Leo tak pernah lepas dari kerasnya kehidupan di pelabuhan dan gemerlapnya lampu kafe  di kawasan Enggano. Gelapnya kehidupan seperti itu sudah digelutinya dari semenjak putus sekolah.

Relawan IDC disambut oleh Bu Maryam, ibunda Leo. Dengan sangat ramah, Relawan IDC dipersilakan masuk ke rumah petak. Sebuah rumah petak yang kumuh, berukuran hanya 5 x 4 meter dengan cat dinding yang kusam. Tumpukan baju dan beberapa barang berserakan di mana-mana. Masya Allah!!! Rumah supermini ini dihuni empat orang: Bu Maryam, Leo dan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SD.

Di ruang tamu yang sekaligus ruang tidur, tergolek lemah seorang laki-laki kerempeng dengan badan penuh tato. Nafasnya tersengal-sengal seirama naik turunnya nafas yang nampak berat, sesekali diiringi batuk berat.

Lamanya menderita komplikasi penyakit TDC dan liver, membuatnya lemah dan kurus kerontang tak berdaya. Ia tak lagi gagah dan garang seperti saat menjalani profesi sebagai preman pelabuhan. Tato di sekujur tubuhnya juga tak lagi menakutkan orang.

Setelah bicara akrab, Haji Imron dan rekan-rekannya memulai nasihat-nasihat relijiusnya. Hampir semua yang hadir ikut nimbrung menasihati bergantian.

...Iya Bang... Saya tobat Bang. Sudah bosan hidup kayak gini. Saya sudah banyak nyakitin orang lain, minum, mabok-mabokan dan ngerampas paksa milik orang lain...

“Iya Bang... Saya tobat Bang. Sudah bosan hidup kayak gini. Saya sudah banyak nyakitin orang lain, minum, mabok-mabokan dan ngerampas paksa milik orang lain,” ujar Leo setelah menyimak nasihat-nasihat Relawan IDC. “Tolong saya Bang, saya ingin tobat bang. Saya pingin hijrah Bang…” tambahnya dengan suara terisak, sambil sesekali menyeka air matanya.

Sesuai dengan protap IDC, karena sudah menyatakan bertobat, maka IDC memutuskan untuk membantu seluruh biaya pengobatan dengan dana dari program Infaq Darurat.

Setelah menyerahkan dana dan obat-obatan herbal, Relawan IDC banyak ngobrol dengan Bu Maryam. Ia menuturkan bahwa Leo sudah lama terbaring sakit, tapi kendala biaya membuatnya tidak bisa dilarikan ke rumah sakit. Fasilitas BPJS tak bisa dinikmati karena Leo tidak punya surat-surat, KTP atau identitas apapun.

“Saya mau bawa anak saya ke rumah sakit tapi gak punya biaya Dik,” tuturnya sambil menyeka keringat di dahinya.

Ia menambahkan, jangankan untuk membayar biaya pengobatan Leo, untuk sekedar makan sehari-harinya saja susah. Ibu tiga anak ini hanya berjualan kue lupis dan kue ketan di depan rumah setiap pagi, dengan keuntungan tak seberapa.

Namun belakangan ia tidak bisa lagi berjualan seperti biasanya, karena harus mengurus anaknya yang sedang sakit.

...Setelah menyandang status yatim, insya Allah IDC akan memindahkan Aril dan Nabila ke pesantren atau sekolah Islam agar mereka tak mengulangi jalan hidup ayahnya yang hitam dan tragis. Butuh uluran tangan kaum Muslimin...

BANYAK ISTIGHFAR SEBELUM AJAL TIBA

Setelah kunjungan itu, atas jaminan pembiayaan dari IDC, beberapa hari kemudian Leo diboyong ke rumah sakit terdekat untuk pengobatan yang lebih baik. Namun di rumah sakit Suka Mulya Jakarta Utara, dengan alasan tidak tersedianya peralatan medis yang memadai, Leo pun dirujuk ke RS Suliati Suroso Sunter.

Di RS Suliati Suroso Sunter langsung masuk IGD. Dengan sigap dan cekatan para perawat memberi pertolongan pertama, sementara Relawan IDC bergegas mengurus administrasi rumah sakit agar cepat mendapatkan ruang rawat inap.

Tengah malam pukul 23.30 WIB segala administrasi Rumah sakit selesai diurus dan Leo dibawa ke ruang rawat inap. Karena sudah ada yang menunggu dari pihak keluarga, Relawan IDC pun pamitan pulang, karena besok pagi sudah menunggu banyak tugas kerelawanan yang harus ditunaikan.

“Terimakasih banyak Dik. Saya berterima kasih kepada IDC yang telah membatu keluarga saya, semoga Alloh memudahkan segala urusan IDC,” ujar Bu Maryam sambil mengiringi langkah Relawan IDC keluar ruangan.

Menjelang shubuh, Relawan IDC mendapat kabar bahwa Leo meninggal sekitar pukul 04.00 WIB. Innalillahi wa inna ilaihi roji’uun.

Di tengah kabar duka, pihak keluarga bersuka cita karena Leo meninggal dunia dalam keadaan sudah tobat dari dunia maksiat di akhir ajalnya. Detik-detik akhir hayat Leo di rumah sakit juga sangat mengharukan.

Usai masuk kamar rawat inap, dokter rumah sakit memberikan infus beberapa obat yang harus diminum. Beberapa saat setelah minum obat, Leo mengeluh badannya merasa panas. Sang adik yang saat itu menunggu, menuntun Leo supaya banyak beristigfar. Leo pun mengikuti sang adik dengan melantunkan istigfar berulang kali.

Tak lama kemudian sang adik melihat monitor komputer, ternyata grafiknya sudah mendatar, tak lagi naik turun. Ia pun segera memanggil perawat yang sedang piket. Setelah diperiksa, ternyata Leo sudah wafat.

Semoga niat baik Leo untuk bertaubat dan hijrah ke jalan yang benar diterima Allah Ta’ala, segala amal shalihnya selama hidup  diterima, dan segala kesalahannya diampuni Allah.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّار

 

 

INGIN JADI ANAK SHALIH, KEDUA ANAK YATIMNYA BUTUH ULURAN TANGAN

Leo wafat meninggalkan dua anak yatim Aril (11) yang kini duduk di bangku SD kelas 4 dan Nabila (7) yang duduk di bangku SD kelas 1.

Sebagai anak yatim, mereka butuh uluran tangan dan kasih sayang kaum muslimin untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikannya. Mengingat sang ayah sebagai tulang punggung sudah dipanggil Allah. Harapannya hanyalah sang nenek, Bu Maryam. Tapi penghasilan dari jualan kue di gang sempit depan rumah juga tak seberapa.

Setelah menyandang status yatim, insya Allah IDC akan memindahkan Aril dan Nabila ke pesantren atau sekolah Islam di lingkungan yang bersih, agar mereka tak mengulangi jalan hidup ayahnya yang hitam dan keras.

Mari bantu masa depan anak yatim ini. Dengan menyantuni anak-anak yatim, para dermawan akan meraih jaminan masuk surga bersama Rasulullah SAW sedekat dua jari:

عن سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ((أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا)) وَقَالَ بِإِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Rasulullah bersabda, “Saya dan penanggung kehidupan anak yatim di surga seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dengan dua jarinya: jari telunjuk dan jari tengah. (HR. Bukhari).

Donasi untuk membantu anak-anak yatim ini bisa menyalurkan zakat, infak dan shadaqahnya melalui program INFAQ CERDAS IDC:

  1. Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  2. Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a.n: Infaq Dakwah Center.
  3. Bank Mandiri Syar’iah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  4. Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  5. Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  6. Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
  7. Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC)

CATATAN:

  • Demi kedisiplinan amanah agar tidak bercampur dengan dana lainnya, silahkan tambahkan nominal Rp 2.000 (dua ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.002.000,- Rp 502.000,- Rp 202.000,- Rp 102.000,- 52.000,- dan seterusnya.
  • Info: 08999.704050, 08567.700020;
  • PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0

BERITA TERKAIT: INFAQ CERDAS (Beasiswa Yatim & Dhuafa): Peluang Masuk Surga Bersama Nabi Sedekat Dua Jari