Korban Riba Rumahnya Disita, Diincar Misionaris Kristen. Ayo Bantu!!!
BEKASI, Infaq Dakwah Center (IDC) – Salah satu jurus kristenisasi adalah memanfaatkan kesulitan umat Islam yang sedang tertimpa musibah. Kaum dhuafa dipikat dengan bantuan tunai, diiming-imingi pekerjaan dan rumah, lalu digiring pelan-pelan untuk mengikuti ritual kristiani, nyanyian hingga dibaptis dan murtad.
Salah satu saksi hidupnya adalah Pak Abdullah (65 tahun). Awalnya Abdullah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di sebuah institusi pemerintah.
Sebagai anak tertua, meski usia sudah udzur dirinya masih giat bekerja demi membantu saudaranya yang menganggur di kampungnya. Dalam membangun usahanya, Abdullah sempat meminjam modal yang mengandung transaksi riba dengan jaminan sertifikat rumah.
Tak disangka, usahanya gulung tikar. Pria pensiunan PNS pun tak sanggup membayar cicilan pinjaman riba, hingga akhirnya satu-satunya rumah tempat bernaung keluarga dari terik dan hujan pun disita. Dengan berat hati dirundung kesedihan, bersama anak istrinya ia harus angkat kaki dari rumah yang telah dihuninya selama puluhan tahun. Ia pun pindah ke rumah kontrakan di bilangan Bekasi, Jawa Barat.
Di tengah kesulitannya itu, misionaris Kristen datang silih berganti mengincar aqidahnya dengan memanfaatkan kondisinya itu. Awalnya berpura-pura menawarkan bantuan modal usaha.
...Kalau mau tinggal di rumah saya saja Pak. Tapi syaratnya dua hari sekali patung salib di rumah dibersihkan, bujuk sang misionaris...
“Jadi waktu itu teman saya membelikan saya alat-alat untuk produksi, terus dia bilang, ‘kalau mau modal usaha yang lebih besar nanti saya bicarakan dengan dewan gereja’,” ujar Abdullah, kepada relawan IDC di rumah kontrakannya, Sabtu siang (17/1/2015).
Tak hanya itu, misionaris Kristen lainnya juga sempat menawarkan tempat tinggal gratis untuk Abdullah dan keluarganya. “Kalau mau tinggal di rumah saya saja Pak. Tapi ada syaratnya, dua hari sekali patung salib di rumah dibersihkan,” paparnya menirukan sang misionaris.
Meski sedang dalam kondisi terjepit, serba sulit dan sangat membutuhkan bantuan, Abdullah masih punya akidah. Ia tidak mau terjerumus ke jurang kemurtadan. Dosa besar riba yang telah mencelakannya sudah cukup menyakitkan baginya. Ia tidak mau melakukan dosa besar lagi.
“Jangan sampai dijual berapa pun harga diri ini. Jangan sampai ditukar dengan apapun keimanan ini.” Nasihat Bang Haji Rhoma Irama dalam salah satu albumnya ini pas menjadi peringatan hidupnya.
...Jangan sampai dijual berapa pun harga diri ini.
Jangan sampai ditukar dengan apapun keimanan ini...
“Tawaran itu saya tolak Mas. Buat apa, saya tidak mau seperti itu,” tegasnya.
Abdullah berani menolak tegas tawaran misionaris Kristen, meskipun saat itu ia sangat membutuhkan. Namun sebagai seorang kepala keluarga, Abdullah menyadari tanggungjawabnya untuk menafkahi keluarganya.
Dari rumah yang dikontrak 8,5 juta pertahun yang dibayar dari pinjam kepada teman-temannya, ia pun merintis usaha kuliner Getuk Khas Purworejo.
Dari sinilah Abdullah banting tulang memproduksi getuk sejak jam 9 malam, hingga menjelang shubuh. Kemudian ia lanjutkan saat itu juga memasarkan Getuk di pengecer dan warung-warung.
“Yah, asalkan bisa menyambung hidup, bisa makan dan bayar anak sekolah, insya Allah sudah cukup,” kata pria tua itu sambil mengucap syukur.
Baginya, masa lalu berhubungan dengan riba telah menjadi pelajaran. Kini dalam hidupnya ia hanya ingin bisa nyaman beribadah dan menafkahi anak istri meski usianya sudah tua.
Melihat kesungguhan Abdullah, Relawan IDC mengapresiasi dengan memberikan suntikan modal usaha kecil yang dijalaninya itu, sebesar Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah).
“Alhamdulillah, ini sudah lebih dari cukup untuk modal getuk, saya akan gunakan untuk modal usaha. Jika suatu saat nanti usaha saya lancar dan meningkat, saya insya Allah juga akan gantian berinfaq,” tutur Abdullah.
Dirinya merasa senang dan mengucapkan terima kasih kepada muhsinin, karena masih ada kaum Muslimin yang tetap peduli dengan saudaranya yang mengalami kesulitan.
Semoga kisah Abdullah menjadi pelajaran bagi kaum Muslimin agar meninggalkan transaksi riba yang akhirnya hanya menghasilkan kerugian baik di dunia dan di akhirat. Usai menyerahkan bantuan relawan IDC berpamitan untuk bergegas melanjutkan tugas berikutnya.
Bagi kaum muslimin yang terpanggil untuk membantu biaya kontrak rumah Pak Abdullah bisa zakat, infaq dan shadaqahnya melalui Infaq Dakwah Center (IDC):
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syar’iah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC)
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 5.000 (lima ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.005.000,- Rp 505.000,- Rp 205.000,- Rp 105.000,- 55.000,- dan seterusnya.
- Info: 08999.704050, 08567.700020; PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0.
BERITA TERKAIT: